Blogpost With Image

Perlukah SkillLeadership

 diterapkan untuk

Karyawan Non-Manajerial?

 

Saat mendengar istilah leadership atau kepemimpinan, pasti sosok seperti bos; direktur; manajer; dan para pemimpin begitu melekat pada pikiran kita. Sebab, sebagai seorang pemimpin wajib memiliki dan mampu menguasai skillleadership. Pengertian leadership yaitu kemampuan dalam mempengaruhi dan memberikan kepercayaan penuh kepada seseorang atau kelompok sehingga mereka terdorong untuk membuat suatu karya atau perubahan. Sejatinya, kemampuan dalam memimpin tak hanya sebatas mengumpulkan beberapa orang di kantor kemudian memberikan pengarahan agar mereka dapat bekerja sesuai dengan kebijakan perusahaan. Juga tak hanya sebatas mengawasi kinerja para rekan kerja lalu memberikan masukan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran. Konteks kepemimpinan sendiri dalam psikologi telah berangsur – angsur berubah hingga saat ini kita berada pada titik dimana sebagai seorang pemimpin, dibutuhkan kepiawaian dalam mendengar dan memahami kapasitas dari rekan kerja lain, bukan memaksa karyawan untuk bertindak mengikuti kebijakan perusahaan. Oleh karenanya, keserasian antara hak dan kewajiban karyawan diharapkan dapat berjalan dengan seimbang.

Namun, benarkah bila skill leadership hanya bisa diterapkan bagi para manajer atau pemimpin? Jawabannya, tidak.

Bahkan sebenarnya, sebelum anda dapat mengarahkan orang lain, anda juga harus mampu memimpin diri anda sendiri terlebih dahulu. Kemampuan dalam memimpin diri sendiri ini idealnya dapat dilakukan oleh semua kalangan. Karyawan yang posisinya bukan berada pada jajaran manajer pun, seperti sekretaris, akuntan, agen marketing, dsb., juga disarankan memiliki skill leadership. Sebab dengan menerapkan skill leadership karyawan non-manajerial dapat mengarahkan dirinya sendiri untuk bekerja mencapai tujuan masing - masing. Kami rasa bagi para karyawan yang tidak memiliki bawahan, skillleadership yang dapat diterapkan umumnya berkenaan dengan pencapaian produktivitas diri sendiri dan mengembangkan interaksi bersama orang lain. Berikut aspek – aspek leadership yang dapat diterapkan oleh karyawan non-manajer :

 

1.      Manajemen Waktu

Mengatur waktu sebenarnya merupakan hal yang mudah, meskipun aktivitas yang dilakukan banyak dan beragam. Caranya yaitu dengan mengutamakan kegiatan yang dirasa penting dan mendesak terlebih dahulu. Fokus pada penyelesaian satu jenis pekerjaan kemudian beralih ke pekerjaan yang lain lebih baik daripada mengerjakan semua pekerjaan tapi hanya setengah - setengah. Terkadang, kita merasa jenuh dengan pekerjaan yang kita lakukan, pada situasi ini anda dapat istirahat dan mencari hiburan sejenak. Namun, jangan sampai terlena dengan kenikmatan refreshing karena hal ini akan mengganggu produktivitas anda dan pekerjaan akan terbengkalai. Contoh : Jenuh mengetik laporan seseorang membuka Instagram dan melihat postingan – postingan yang ditampilkan tujuannya agar tidak jenuh dan menemukan inspirasi. Namun, tak terasa anda telah mengunjungi aplikasi instagram selama 30 menit saking asyiknya scrolling postingan.

 

2.      Manajemen Stres

Stres merupakan suatu kondisi dimana seseorang berada di bawah tekanan dan biasanya dihadapkan pada sebuah permasalahan. Semua orang pasti mengalami stres atau paling tidak mereka pernah berada di situasi yang menekan. Namun, tidak semua orang dapat mengelola stresnya dengan baik. Seseorang yang dapat mengalahkan stresnya dengan cara fokus menyelesaikan masalah dan tetap santai dalam menghadapi tantangan yang muncul, itulah salah satu cerminan seorang pemimpin.

 

3.      Asertif

Asertif artinya mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran yang ada dalam benaknya dengan kata lain dapat diistilahkan sebagai pribadi yang terbuka. Konteks asertif ini merujuk pada perilaku yang positif. Jika anda mempunyai masalah atau sedang galau, lebih baik ceritakan saja keluhan anda bersama keluarga atau rekan terdekat. Hal ini akan mengurangi tingkat stres dan anda juga akan merasa lega.

 

4.      Berusaha untuk Bertindak Positif setiap Waktu

Orang yang memiliki mental positif digambarkan sebagai orang yang memiliki solusi dalam setiap penyelesaian masalah dan selalu merasa antusias di dalam situasi apapun. Orang lain yang berada di sekitarnya akan merasa aman dan tenang sebab individu yang positif selalu memberikan energi yang mendukung untuk menjalani hidup.

 

5.      Mendukung Orang Lain

Sebagai makhluk sosial, kita sebaiknya saling menebar kebaikan antar sesama, salah satunya dengan saling mendukung atas keputusan atau perbuatan yang dilakukan orang lain. Sama dengan menolong, memberi dukungan akan memotivasi seseorang dalam mencapai sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, memberikan dukungan juga akan memperkuat interaksi antara diri sendiri dengan orang lain.

 

6.      Perbanyak Mendengar

Sebagai karyawan non-manajerial, pekerjaan kita umumnya masih disupervisi oleh atasan atau paling tidak kita masih banyak berinteraksi dengan para atasan. Pada kesempatan ini, banyak topik yang dapat dipetik sebagai pelajaran. Perbanyaklah bertanya dan mendengar supaya ilmu yang diajarkan oleh atasan dapat kita serap dan terapkan.

 

7.      Menjadi Follower yang Baik

Istilah follower yang baik disini artinya follower yang aktif. Follower yang aktif adalah follower yang mampu mengamati atasan saat memimpin, bagaimana pemimpin berkomunikasi, bagaimana pemimpin mengambil keputusan, dsb. Selain itu, menjadi follower yang baik adalah yang selalu mendukung keputusan atasan, merangkul perubahan, menyumbangkan solusi kepada atasan, berani mengakui kesalahan, dan menjadi pribadi yang optimis.

 

8.      Berani Mengambil Keputusan

Meskipun anda bukan seorang pemimpin, namun anda juga diwajibkan berani untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan berhubungan dengan langkah yang selanjutnya akan ditindak lanjuti, bahkan untuk masa depan perusahaan. Misalnya, sebagai seorang agen pemasaran, juga harus berani mengambil keputusan dalam memilih dan memilah calon klien yang menguntungkan bagi perusahaan dan klien itu sendiri.

 

9.      Mengembangkan Kemampuan Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu media yang paling utama dalam berinteraksi. Dengan memperbanyak interkasi dengan orang lain, minimal berbicara ringan saja, anda dapat menciptakan kesan yang baik di mata orang lain dan mempererat hubungan dengan orang lain.

 

10.  Perbanyak Lakukan Kesalahan Sebagai Bahan Pembelajaran

Pengalaman merupakan guru terbaik sepanjang hidup anda. Pengalaman dalam melakukan kesalahan dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk mencapai kesuksesan. Harapannya setelah menyadari telah melakukan kesalahan yaitu mencari solusi untuk mengoreksi dan mencari strategi agar tidak mengalami kesalahan yang sama dua kali.

Referensi :

The New Psychology of Leadership : Identity, Influence and Power oleh Alexander Haslam, Stephen D. Reicher, dan Michael J. Platow (2011, Psychology Press)

Lead on Purpose, “Guest Post: How non-leaders can lead” oleh Michael Ray Hopkin (2011)

Medium : Thrive Global, “Lead Yourself Before You Lead Others” oleh Sandeep Kashyap (2018)